Selasa, 31 Maret 2015

Perjalanan Ke Karang Mojo

Karangmojo, Jogja

#Lirik Lagi Gunung Kidul Handayanii"

Sekitar....ribuan km jauhnya dari Duren Tiga, Allah menciptakan Desa Karang Mojo.
Antara Duren Tiga dg Desa Karangmojo.
Antara tempat kelahiran Ibuku dengan Ayahku.
Ya, bisa dikatakan. Duren Tiga di Jakarta Selatan itu asal Ibuku sekaligus tempat tinggalku sekarang. Desa Karangmojo di Gunung Kidul, Jogjakarta merupakan asal Ayahku.

Ayahku dulu merantau ke Jakarta. Darah mudanya merasa tertantang mengukir nasib hidup di Ibu Kota. Ketemulah beliau dengan Ibuku (e,, ciyeee) sebagai partner penghasil tiga putri.
Jadi, aku dan dua adekku masuk kelompok BeJo (Betawi-Jogja)

Tidakkah Ayahku rindu pada desanya? Tentu Saja, sesekali beliau pulang kampung. Hanya saja, mudiknya beda waktu dari pendatang lain. Ayahku lebih suka mudik di waktu yang sepi.

Bagi kebanyakan perantau, mudik ke kampung Lebaran Idul Fitri saat paling pas. Hampir semua sodara jauh kumpul. Halal bi halal. Oke, halal bi halal emang enak, tapi proses kemacetan iti yang aku dan keluarga gak bisa tahan. Penuh, desek  maecet. Sejujurnya, dalam hidupku aku gak pernah ngerasain lebaran di kampung Ayah :_:

Kami ke Jogja biasa naek bis. Teman2ku suka bertanya2 kenapa gak naek kereta, kan lebih cepet tuh. Aku malah balik nanya? Emang enakan naik bisa ape kereta?
1. Aku gak pernah mudik naek kereta sih. Aku gak punya pengalaman naik kereta melewati gunung kidul yg berkelok2 rutenya. Jadi aku lebih baik ikut kebiasaan ayah.
2. Desaku dekat dari jalan yg dilewati bis. Bis yang kami tumpangi berhenti di Jalan Desa Karangmojo, jalan kaki sebentar, tak lama kemudian kami sudah sampai rumah eyang.
3. Tengah malam, aku biasa melihat jalan2 yg dilalui bis. Sepii..
Mungkin kalo aku naek kereta aku bisa juga liat2 pemandangan, tapi feelnya beda. #maybe

Mengikuti pola mudik ala kami, Tahun ini pun, kami mudik pertengahan Oktober, seminggu setelah lebaran Idul Adha. Bertepatan dengan acara 1000 harian eyang kakung (kakek) dan menjenguk Bu'deku yang sedang sakit.

Bis Cepat malam "Santoso", Langganan bis Ayahku sedari dulu.Kami berangkat jam stgh4 sore dan sampai sekitar jam 4 subuh. Naik bis ini membutuhkan waktu sekitar 11 jam, dipotong sama bus stop untik makan malam dan resy room.  Namanya aja Bis Cepat Malam. Nama adalah Doa, bis ini membuktikan kemujaraban nama yg melekat pada bis. Selesai makan malam jam stgh 8 bis ini melaju cepat, dan makinmalam bis ini lama-lama cepat jalannya aka ngebit -_- insya Allah aman sentosa sampai tujuan. #Doa tulus dari kami para penumpang

3 komentar:

Unknown mengatakan... [Reply]

semoga bisa ikut berkunjung k sana...good job untuk tulisan perjalananny...masi bisa dikembangkan, biar semakin terasa perjalanannya....lanjykan!!

Nur Afilin mengatakan... [Reply]

sepakat dg mbak jam, msh bisa dikembangkan lbh dlm lagi. persepsi beda ttg mudik itu unik utk dijabarkan lbh bnyk. keep writing...!

Nur Afilin mengatakan... [Reply]

sepakat dg mbak jam, msh bisa dikembangkan lbh dlm lagi. persepsi beda ttg mudik itu unik utk dijabarkan lbh bnyk. keep writing...!

Posting Komentar

Good Reader, Good Commentator :)

 
;